Teknik Pembangkitan Tegangan Tinggi Bolak-balik Menggunakan Trafo Sirkit Resonans
Di dalam penelitian dan pengujian tegangan tinggi yang melibatkan penggunaan tegangan bolak-balik frekuensi tenaga pada beban-beban yang bersifat kapasitif (nilai kapasitifnya besar atau dominan), seperti peralatan listrik kabel, GIS, Switchgear, kapsitor, dan lainnya, ada masalah-masalah yang dapat timbul jika sumber tegangan diperoleh dari trafo (transformator) penaik tegangan tunggal maupun transformator hubungan cascade. Untuk jelasnya lihat gambar 1. Masalah-masalah tersebut adalah sebagai berikut :
artinya ukuran dan berat transformator menjadi besar pula. Besarnya arus ini sesuai
dengan persamaan (1).
Keterangan :
I : arus yang mengalir.
π : 3,14
π : 3,14
f :
frekuensi tegangan
C : kapasitans beban.
C : kapasitans beban.
V :
tegangan pada beban
ω :
kecepatan sudut putar gelombang bolak-balik (ω
= 2. π . f).
2. Bila terjadi resonans antara kapasitans beban C dengan induktans dari belitan
transformator L, maka:
a. Arus yang mengalir akan bernilai sangat besar, karena impedans Z hanya
dibatasi oleh nilai hambatan murni R dari sirkit atau Z = R, sehingga bilamana
tegangan sumber atau tegangan primer trafo adalah Vs, maka nilai arus: I = Vs / Z = Vs / R
b. Bila K adalah faktor
kwalitas sirkit, maka tegangan beban (kapasitor C), nilainya
tidak mengikuti hukum perbandingan transformasi lagi, melainkan lebih besar, yaitu : Vc = K.Vs
Faktor
kwalitas K dari sirkit adalah faktor yang nilainya: K = 1 / ( ω R C)
c. Daya semu beban Sc bernilai lebih besar dari daya semu
sumber Ss, yaitu Sc
= K . Ss
3. Bila terjadi resonans harmonik, maka terjadi juga kondisi berbahaya seperti tersebut di
atas (pada kondisi resonans gelombang dasar).
Terjadinya efek gejala resonans berupa timbulnya tegangan beban yang tinggi pada sirkit trafo dengan beban kapasitif dapat dijelaskan sebagai berikut.
Sirkit transformator berbeban kapasitif
yang ditunjukan pada gambar 1 dapat dikembangkan menjadi seperti gambar 2. Gambar 2.a merupakan sirkit
sebenarnya, sedangkan gambar 2.b merupakan sirkit ekivalennya (sirkit
ganti). Arti notasi-notasi dalam gambar tersebut adalah sebagai berikut:
(R1+jωL1) : Impedans dari sumber tegangan, trafo regulator dan belitan trafo catu
(R adalah tahanan belitan, dan L adalah induktans belitan).
(R2 + jωL2) : Impedans belitan sekunder transformator catu.
Rm : Tahanan karena adanya rugi-rugi besi inti transformator.
Lm : Induktans maknetisasi, atau induktans shunt.
Zm : Impedans shunt.
C : Kapasitans beban dari trafo.
Umumnya nilai impedans shunt Zm jauh lebih besar daripada nilai (R1 + jωL1) dan (R2 + jωL2), sehingga Zm dapat diabaikan, dan sirkit ekivalen menjadi seperti gambar 3.a. Sirkit ekivalen tersebut dapat lebih disederhanakan lagi menjadi seperti gambar 3.b dengan ketentuan sebagai berikut :
R : nilai tahanan ekivalen gabungan dari tahanan-tahanan R1 dan R2, yaitu : R = R1 + R2.
L : nilai induktans ekivalen gabungan dari induktans L1 dan L2, yaitu : L = L1 + L2
Dari gambar 3.b terlihat bahwa besarnya impedans total Zt adalah :
Nilai skalarnya adalah :
(R1+jωL1) : Impedans dari sumber tegangan, trafo regulator dan belitan trafo catu
(R adalah tahanan belitan, dan L adalah induktans belitan).
(R2 + jωL2) : Impedans belitan sekunder transformator catu.
Rm : Tahanan karena adanya rugi-rugi besi inti transformator.
Lm : Induktans maknetisasi, atau induktans shunt.
Zm : Impedans shunt.
C : Kapasitans beban dari trafo.
Umumnya nilai impedans shunt Zm jauh lebih besar daripada nilai (R1 + jωL1) dan (R2 + jωL2), sehingga Zm dapat diabaikan, dan sirkit ekivalen menjadi seperti gambar 3.a. Sirkit ekivalen tersebut dapat lebih disederhanakan lagi menjadi seperti gambar 3.b dengan ketentuan sebagai berikut :
R : nilai tahanan ekivalen gabungan dari tahanan-tahanan R1 dan R2, yaitu : R = R1 + R2.
L : nilai induktans ekivalen gabungan dari induktans L1 dan L2, yaitu : L = L1 + L2
Dari gambar 3.b terlihat bahwa besarnya impedans total Zt adalah :
Nilai skalarnya adalah :
Sehingga persamaan (2) menjadi :
Atau :
Persamaan (6) menunjukan bahwa
pada saat terjadi resonans, impedans total (Zt) bernilai kecil,
yaitu hanya mengandung tahanan murni belitan, tidak mengandung impedans
belitan, sehingga arus yang mengalir pada sirkit (termasuk mengalir pada beban)
bernilai besar, karena hanya dibatasi oleh tahanan murni dari sirkit. Bila I
adalah besarnya arus yang mengalir dan XC adalah reaktans dari
kapasitans beban, maka besarnya tegangan pada benda uji (VC) adalah :
Dari persamaan (7)
terlihat bahwa bila arus I naik nilainya, maka nilai tegangan benda uji VC juga naik.
Dengan kata lain, dalam kasus sirkit listrik terjadi resonans seri, karena arus I bernilai besar, maka tegangan benda uji VC juga bernilai besar.
Dari gambar 3.b dapat dihitung
besarnya arus yang mengalir, yaitu :
Persamaan (8) masuk ke persamaan
(7) menghasilkan persamaan :
Bila dalam besaran polar :
Atau dalam besaran komplek:maka nilai mutlak (skalar) dari vektor tegangan beban Vc adalah :
Nilai (1/ωRC) disebut sebagai faktor kwalitas (Quality factor)
dari sirkit, dinotasikan dengan huruf K. Faktor kwalitas suatu sirkit merupakan faktor yang mencirikan kondisi
sirkit tersebut, yaitu per definisi dinyatakan sebagai besarnya kelipatan dari
perbesaran tegangan yang terjadi pada beban kapasitif terhadap tegangan catu ketika
terjadi resonans, atau faktor yang besarnya sama dengan 2π kali perbandingan
antara energi yang disimpan dengan energi yang dibuang setiap setengah periode.
Gejala resonans seri yang menimbulkan masalah seperti diuraikan di atas dapat dimanfaatkan oleh transformator sirkit resonans untuk membangkitkan tegangan yang sangat tinggi hanya dengan catu tegangan dan daya yang lebih rendah dibandingkan bila menggunakan transformator tunggal. Gambar dasar dari transformator sirkit resonans dapat dilihat pada gambar 4. Induktor Lv merupakan induktor variabel, yaitu induktor yang nilai induktansnya dapat diatur-atur dengan mengatur jarak celah udara yang dibuat pada inti besi. Cara kerjanya adalah sebagai berikut. Dalam menerapkan tegangan uji pada beban kapasitif yang digambarkan sebagai kapasitor bc, sirkit uji tersebut justru sengaja dibuat mengalami resonans dengan mengatur nilai induktans dari induktor variabel Lv.
Bila :Gejala resonans seri yang menimbulkan masalah seperti diuraikan di atas dapat dimanfaatkan oleh transformator sirkit resonans untuk membangkitkan tegangan yang sangat tinggi hanya dengan catu tegangan dan daya yang lebih rendah dibandingkan bila menggunakan transformator tunggal. Gambar dasar dari transformator sirkit resonans dapat dilihat pada gambar 4. Induktor Lv merupakan induktor variabel, yaitu induktor yang nilai induktansnya dapat diatur-atur dengan mengatur jarak celah udara yang dibuat pada inti besi. Cara kerjanya adalah sebagai berikut. Dalam menerapkan tegangan uji pada beban kapasitif yang digambarkan sebagai kapasitor bc, sirkit uji tersebut justru sengaja dibuat mengalami resonans dengan mengatur nilai induktans dari induktor variabel Lv.
R : nilai tahanan ekivalen gabungan dari tahanan-tahanan belitan milik induktor variabel
Lv dan belitan sekunder transformator.
L : nilai induktans ekivalen gabungan dari induktans-induktans belitan milik induktor
variabel Lv dan belitan sekunder transformator.
C : nilai kapasitans dari beban kapasitif bc.
f : frekuensi tegangan sumber.
ω : kecepatan sudut putar gelombang bolak-balik, yaitu : ω = 2. π . f
XL : reaktans induktif dari induktans ekivalen gabungan L, yaitu : XL = w.L = 2.p.f.L
Dalam kondisi sirkit mengalami resonans, maka nilai kwalitas sirkit (K) adalah :
Atau :
Dalam kondisi sirkit mengalami resonans, nilai Z = R, maka besarnya arus yang mengalir (I) :
Sedangkan nilai tegangan pada beban (Vbc) adalah :
Bila Ss adalah daya semu (VA) yang diberikan
kepada transformator (daya semu
masukan
transformator) dan Sc adalah daya semu (VA) dari beban kapasitif,
maka hubungan antara kedua daya tersebut adalah :
Perlu diketahui bahwa transformator sirkit
resonans yang beroperasi dalam kondisi resonans memberikan gelombang tegangan
dan arus dalam kondisi sefasa (karena
sirkit bersifat resistif), maka faktor daya (Cos φ) sama dengan satu,
sehingga daya semu yang diberikan kepada transformator (Ss dalam VA), sama dengan daya
nyata yang diberikan kepada transformator (Ps dalam W) dan daya semu pada beban C (Sc dalam VA) sama dengan
daya reaktif dari beban C (Q dalam VAr).
Berdasarkan persamaan (16) dan (17) dapat ditarik
pengertian
bahwa pada suatu transformator sirkit resonans untuk suatu tegangan keluaran
yang diinginkan, maka tegangan masukan yang diperlukan untuk pengujian
berkurang1/K, demikian pula daya semu (VA)
masukan yang diperlukan juga turun dengan faktor 1/K.
Faktor
kwalitas K dari suatu alat uji sistem
resonans seri dapat mencapai nilai sebesar 50 hingga 80 untuk beban kapasitif
tinggi. Hal ini berarti bahwa tegangan keluaran dapat mencapai 50 sampai 80
kali tegangan masukan, atau dengan kata lain tegangan masukan hanya sebesar
1/50 hingga 1/80 kali tegangan keluaran. Sebagai contoh, suatu transformator
sirkit resonans yang memiliki faktor kwalitas K = 50, maka untuk
menghasilkan tegangan keluaran sebesar 500 kV hanya diperlukan tegangan catu
pada transformator penguat sebesar (1/50)x500 kV, yaitu hanya sebesar 10 kV.
Beberapa
contoh transformator sirkit resonans yang terdapat dalam praktek dapat dilihat
pada gambar 5 dan gambar 6.
Keuntungan Aplikasi Trafo Sirkit Resonans
Keuntungan-keuntungan penggunaan
transformator sirkit resonans sebagai pembangkit tegangan tinggi adalah :
1.
Gelombang tegangan
keluaran betul-betul sinusoida murni (tanpa harmonik).
2.
Daya yang dibutuhkan
menjadi berkurang (5 s/d 10 % dari daya kVA total yang dibutuhkan).
3.
Tidak akan terjadi
pembusuran daya (power arc), yaitu pembusuran dengan arus besar, bila terjadi
kegagalan isolasi pada benda uji, karena resonans seri secara otomatis akan
berhenti ber-resonans tepat pada saat terjadi kegagalan isolasi benda uji
(terjadi perubahan nilai kapasitans C).
4.
Tidak terjadi flashover
berulang-ulang pada kasus isolasi yang dapat pulih kembali.
5.
Sirkit resonans dapat
dirangkai secara cascade (seri) untuk mendapatkan tegangan sangat tinggi.
6.
Peralatan uji menjadi
ringkas dan sederhana.
Kerugian (Keburukan)